Kelemahan konseling kelompok adalah sebagai berikut (Latipun, 2005:154-155):
1. Setiap klien perlu berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok.
2.
Konselor akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok
dan konselor secara spontan harus dapat memberi perhatian kepada setiap
klien.
3. Kelompok dapat berhenti karena masalah “proses kelompok”.
4.
Kekurangan informasi individu yang mana yang lebih baik ditangani
dengan konseling kelompok dan yang mana yang sebaiknyz ditangani dengan
konseling individual.
5.
Seseorang sulit percaya kepada anggota kelompok, akhirnya perasaan,
sikap, nilai dan tingkah laku tidak dapat di “bawa” ke situasi kelompok.
Menurut W.S. Winkel (2005:593-595) kelemahan konseling kelompok, yaitu :
1.
Suasana dalam kelompok boleh jadi dirasakan oleh satu–dua anggota
kelompok sebagai paksaan moral untuk membuka isi hatinya seperti banyak
teman yang lain; padahal mereka belum siap atau belum bersedia untuk
sebegitu terbuka dan jujur, lebih-lebih bila hal-hal yang akan dikatakan
terasa memalukan bagi dirinya sendiri.
2.
Persoalan pribadi satu-dua anggota kelompok mungkin kurang mendapat
perhatian dan tanggapan sebagaimana mestinya, karena perhatian kelompok
terfokus pada suatu masalah umum atau karena perhatian kelompok terpusat
pada persoalan pribadi konseli yang lain; senagai akibatnya, satu-dua
konseli tidak akan merasa puas.
3.
Bagi konselor sendiri pun lebih sulit memberikan perhatian penuh pada
masing-masing konseli dalam kelompok, karena perhatiannya mau tak mau
terbagi atas beberapa orang yang semuanya menuntut diberi porsi
perhatian yang wajar.
4.
Khusus di Indonesia konselor dapat menghadapi kendala budaya yang
mempersulit kedudukannya sebagai partisipan dalam diskusi kelompok.
5. Ada siswa dan mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka (self-assertiveness) bila hadir seseorang yang secara spontan dipandang sebagai pemegang otoritas (authority figure).
Selain mempunyai kelemahan, konseling kelompok juga mempunyai beberapa kelebihan. Menurut W.S. Winkel (2005:594-595) kelebihan konseling kelompok bagi konseli, antara lain:
Ø
Terpenuhinya beberapa kebutuhan, antara lain kebutuhan untuk
menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan dapat diterima oleh
mereka, kebutuhan untuk bertukar pikiran dan berbagai perasaan,
kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan; dan
kebutuhan untuk menjadi lebih independen serta lebih mandiri.
Ø
Dalam suasana konseling kelompok mereka mungkin merasa lebih mudah
membicarakan persoalan mendesak yang mereka hadapi daripada dalam
konseling individual; lebih rela menerima sumbangan pikiran dari seorang
rekan konseli atau dari konselor yang memimpin kelompok itu daripada
bila mereka berbicara dengan seorang konselor dalam konseling
individual; lebih bersedia membuka isi hatinya bila menyaksikan bahwa
banyak rekannya tidak malu-malu untuk berbicara secara jujur dan
terbuka; lebih terbuka terhadap tuntutan mengatur tingkah lakunya supaya
terbina hubungan sosial yang lebih baik, dan merasa lebih bergembir
adalam hidup karena menghayati suasana kebersamaan dan persatuan yang
lebih memuaskan bagi mereka daripada komunikasi dengan anggota
keluarganya sendiri.
Selain itu, kelebihan konseling kelompok bagi konselor sendiri, antara lain:
Ø
Bagi konselor manfaat dari konseli kelompok antara lain kesempatan
untuk mengobservasi perilaku para konseli yang sedang berinteraksi satu
sama lain; membuktikan dirinya sebagai orang yang bersedia melibatkan
diri dalam seluk beluk kehidupan orang muda dengan ikut berbicara
sebagai partisipan dalam diskusi dan bukan sebagai orang yang ingin
berkuasa; meyakinkan para konseli akan kegunaan layanan konseling,
sehingga diantara para konseli ada yang ingin melanjutkan hubungan
dengan konselor dalam wawancara konseling individual; dan dapat melayani
lebih banyak orang daripada bila hanya tersedia kesempatan untuk
berkonseling secara individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar